Kesaksian Kesembuhan Maria Magdalena

(Pemilik Toko Mas Regent Citraland Semarang)

Sebelum mengenal Kristus, saya dahulu adalah seorang pemuja berhala baik di rumah maupun di rumah-rumah ibadat kira-kira selama 35 tahun. Dalam kurun waktu yang lama itu, saya telah membangun sekolah Budha di Ampel – Solo dan rumah-rumah ibadah di desa-desa. Saya sendiri sekolah Budha di Taiwan, Bangkok dan Amerika. Namun selama 35 tahun itu saya belum pernah merasakan yang namanya hidup tenteram, masalah demi masalah silih berganti datang dalam keluarga besar kami. Karena saya anak yang paling besar maka semua masalah saya ikut menanggung.

Karena begitu banyak masalah menimpa kami, akhirnya saya, ibu dan adik-adik menjadi bingung, lalu saya mencari orang pinter / suhu dari luar negeri. Dan oleh suhu itu dikatakan bahwa kuburan ayah saya yang sudah meninggal 35 tahun yang lalu harus dibongkar. Katanya kalau tidak dibongkar maka serumah bisa banyak yang meninggal. (Adik saya 10 orang, waktu itu adik saya sudah 3 orang yang meninggal. Paling kecil adik laki-laki umur 12 tahun, kedua umur 31 tahun dan terakhir adik saya umur 32 tahun mati karena bunuh diri). Lantas saya bilang kepada ibu namun ibu tidak mengijinkan kalau kuburan ayah dibongkar. Lagi kata orang pinter itu, nanti anak perempuan yang nomor dua paling berat akhirnya sakit dan mati, habis itu berantakan. Ternyata anak nomor dua itu adalah saya.

Dan ketika ibu saya meninggal pada tahun 1992 akhirnya kuburan ayah jadi dibongkar dan tulang-tulangnya diambil, dibakar sekalian ibu saya. Ternyata omongan suhu itu bohong. Dia mengatakan kalau kuburan ayah sudah dibongkar hidup keluarga kami jadi bahagia. Nyatanya setelah itu saya malah jatuh secara ekonomi, setelah itu suamiku digondol oleh "we-we gombel" (perempuan yang saya perkenalkan kepada suamiku tapi saya sendiri tidak menduga kalau akhirnya dia merebut suamiku. Ternyata dia main dukun). Padahal sebelumnya keluarga saya bahagia sekali, kami hidup berkeluarga sudah selama 30 tahun dan tidak pernah suamiku menyeleweng, tapi sesudah itu dia malah bisa menyeleweng dan setengah tahun kemudian anak laki-laki yang paling saya cintai pergi dengan membawa uang saya sampai habis.

Setelah suami dan anak meninggalkan saya, saya mengalami kepahitan hidup yang luar biasa dan saya tidak bisa terima semua itu.

Hingga suatu waktu pada bulan Juni 1997 saya dinyatakan dokter bahwa saya punya penyakit kanker paru-paru sudah stadium 4 dan dokter mengatakan hidup saya paling lama tinggal setengah tahun. Mendengar itu saya langsung tidak terima lalu saya berusaha mencari orang pinter lewat Guamya (ramalan lihat nasib) dan di situ tertulis bahwa nasib dan hidup saya berakhir tahun 1997. Sampai saya bilang mau bayar berapa pun asal disiswaki (ditolak). Suhu itu mengatakan, bahwa tidak sanggup karena setan-setan memang mau kamu mati. Kamu sudah diikat tangan dan kakimu.

Pada waktu itu saya mendengar ada ada suhu perempuan dari Jakarta yang datang. Karena saya tidak menerima ramalan nasib saya, suatu malam meskipun sakit saya berusaha menemui dia. Begitu melihat kartu, dia mengatakan "Aduh gelap sekali. Tetapi kalau ada kemujizatan yang luar biasa kamu baru bisa ditolong. " Mendengar dua suhu mengatakan begitu saya bingung.

Sesampainya di rumah badan saya kaku semua (kram) sampai saya merangkak-rangkak tidak bisa bangun. Mendengar saya begitu, lantas adik saya dari Hongkong menelepon pembantu supaya mengirim obat kepada saya, obat itu obat spesial penawar racun. Biasanya di minum 3 sendok saja, karena saya bingung saya langsung glek…glek… habis setengah botol. Setelah minum obat itu saya dapat bergerak-gerak. Setelah itu saya diajak berobat ke Singapura, pikir adik-adik saya siapa tahu dokter di Semarang salah mendiagnosa. Ternyata dokter di Singapura bilang lebih gawat, dia bilang "Aduh bu… sudah terlambat begini, sudah stadium empat dan limpa ke bawah juga sudah kena, lha bagaimana ini ?" Dia pun menyatakan tidak sanggup.

Sebetulnya saya merasakan sakit itu sudah lama cuma saya tidak tahu. Suatu waktu pada akhir tahun 1996 tiba-tiba saya tidak dapat jalan lalu dipijat-pijat sehingga akhirnya bisa jalan. Dan mulai bulan Januari 1997 saya sudah sering muntah. Waktu saya periksa, yang dilihat maag-nya, dikira maag saya kena tapi ternyata maag saya tidak apa-apa. Bulan April-Mei saya mulai batuk dan dokter mengatakan tidak apa-apa katanya paru-parunya bagus. Hingga bulan juni saya di ronsen, tahu-tahu kelihatan fleknya sudah besar-besar dan pinggir-pinggir kanan kiri seperti mercon yang jumlahnya puluhan. Dokter mengatakan tidak sanggup.

Waktu dokter di Singapura juga mengatakan tidak sanggup namun dia mengatakan akan mencoba untuk mengobatinya. Kata dokter: “saya akan coba obati. Ini ada obat baru, harganya memang mahal dan kemungkinan berhasil 40% tetapi kalau ada kemujizatan tidak tahu. Saya akan coba suntikkan tapi sakit sekali dan kalau sudah disuntikkan, ibu 1 minggu tidak bisa makan, badan rasanya sakit seperti diiris-iris. Lantas ibu muntah-muntah dan mesti disuntik darah putih, belum lagi dikemoterapi.”

Benar juga kata dokter, waktu dicoba disuntikkan lewat tangan sakitnya bukan main, sampai 10 kali dicoba disuntikkan namun tidak bisa masuk sampai saya berteriak-teriak, akhirnya disuntikkan lewat pelipis saya dan reaksinya pun sama seperti yang dikatakan dokter tadi.

Ketika hendak pulang dari Singapura, di Airport saya bertemu dengan famili suami. Saya lalu saya panggil-panggil dia dengan suara yang sudah hilang namun dia diam saja hanya memandang dan tidak tahunya dia sudah tidak mengenali saya lagi sampai saya menulis nama saya. Lantas dia terkejut : "Lho kamu kok seperti drakula" (memang waktu itu muka saya jadi hitam dan bungkuk) lalu saya cerita semua masalah saya. Dia bilang : "Kamu bagaimana to, suamimu hilang, anak pergi dengan membawa uangmu sampai habis. Coba sekarang kamu mau tidak, hidup di dalam Tuhan ?" (padahal dia dulu juga penyembah berhala). Saya menjawab : "Walah… orang Kristen itu fanatik dan senangnya bujuk-bujuk orang," Tapi dia sungguh mengasihi saya luar biasa. Waktu di Airport saya muntah-muntah dia menolong dan kaki saya dipijit-pijit sambil dia cerita tentang Tuhan Yesus.

Sampai di rumah (Semarang) saya masih tidak bisa bangun karena muntah-muntah dan dia setiap hari datang ke rumah saya. Waktu ke rumah dia terkejut karena melihat rumah saya patungnya 150 buah sampai seperti Kelenteng, dan baunya tidak karuan sampai dia merinding seperti ada setannya. Walau begitu dia datang terus sambil terus menginjili saya. Setelah di rumah 2 minggu badan saya sudah mulai enak maka ketika saya diajak ke Gereja saya mau dan di Gereja saya didoakan oleh bapak Pendeta, saya bisa menangis sesenggukan tetapi saya masih belum puas. Malamnya jam 24:00 WIB saya masih sembahyang pakai hio dan jam 02:00 juga.

Pada suatu pari jam 06:00 ada orang telepon, dia bilang kepada saya : "Cik… gimana ini, suamiku sakit, mau ke Rumah Sakit saja tidak punya uang. Bagaimana Cik, aku bingung". Mungkin dia mau pinjam uang atau bagaimana, saya tidak tahu. Lantas saya bilang : "Lis, Lis… kamu kok nangis sama aku. Aku saja mau mati, sekarang saja aku di rumah sendirian, suamiku pergi, anakku yang tinggal serumah tahu kalau aku muntah-muntah darah saja nggak mau nengok. Sekarang suamimu bagaimana ya saya nggak tahu. Kamu tahu nggak Lis, aku kena kanker dan dokter bilang umurku tinggal setengah tahun, sudah tidak ada harapan. Aku pasti mati !"

Mendengar itu dia bilang : "Aduk cik, kamu mau nggak saya perkenalkan dengan seorang hamba Tuhan ? Dia dipakai Tuhan secara luar biasa, namanya ibu Elisabet. Kalau mau sungguh cik, pasti kamu dijamah." Saya langsung tergerak dan saya berdoa : "Tuhan Yesus kalau ini memang rencanaMu, kalau betul Engkau mau menolong saya, saya akan sembuh dan ada mujizat Allah." Waktu itu saya sudah telepon ibu Elisabet, dia bilang tidak bisa karena sedang ditunggu tamu 10 orang dari luar kota. Saya berdoa: "Tuhan kalau ada mujizat sekrang pertemukan saya dengan ibu Elisabet." Eh tahunya Lisa telepon bilang: "Cik, puji Tuhan ! Ibu Elisabet mau menemui kamu, sekarang tunggu aku mau jemput kamu."

Sesampai di sana Ibu Elisabet cuma bilang begini: "Tacik tahu, Tuhan Yesus itu siapa ? Saya bilang tidak tahu."  ”Tuhan Yesus itu 2000 tahun yang lalu disalib untuk menebus dosa-dosa Tacik. Dosa Tacik itu banyak, sekarang sudah ditebus Tuhan Yesus. Kamu mau seperti Tuhan Yesus? mengasihi, mengampuni. Kamu sudah diampuni Tuhan Yesus, sekarang kamu mau tidak mengampuni suamimu, perempuan yang merebut suamimu dan anakmu yang meninggalkan dan mengkhianatimu? Dan kalau kamu mau mengampuni mereka, kamu diampuni Tuhan Yesus.” Waktu itu saya bilang mau, lalu saya didoakan dan ditumpangi tangan dan saya bisa seperti kesetrum, padahal dulu waktu saya didoakan di Gereja saya tidak bisa begitu. Saya langsung jatuh pingsan setelah saya sadar saya menangis sambil memegang rok Ibu Elisabet dan beliau bilang: "Tacik pasti sembuh."

Berhubung Ibu Elisabet sudah tidak ada waktu, saya pulang dan besoknya saya diminta untuk datang lagi dan dilayani setiap hari. Suatu saat Ibu Elisabet menanyakan : "Cik, katanya rumahnya ada patungnya 100 lebih? Kalau Tacik sudah terima Yesus, patung-patung itu harus dibersihkan dari rumah. Tuhan Yesus tidak mau campur dengan barang-barang seperti itu." Saya bilang ya. Sekarang Tacik saya doakan dulu, saya lepaskan, siapa tahu banyak kuasa gelapnya. Waktu saya didoakan kepala saya pusing dan setelah Ibu Elisabet pulang saya masuk kamar lalu ingin muntah dan begitu masuk dikamar mandi saya seperti ditendang sampai saya terpental jauh, dan muntah-muntah sampai banyak, keluarnya hitam mungkin itu karena kuasa kegelapan. Kan dulu setiap diberi apa saja saya makan, maksudnya biar cepat sembuh.

Saya masih sering kontrol ke Singapura dan waktu saya akan pulang saya ketemu lagi dengan Bapak Pendeta waktu saya didoakan di Gereja. Beliau juga lupa-lupa ingat dan beliau bilang: "Kamu jangan takut karena kamu sudah dalam Tuhan. Paru-parumu sudah diganti oleh Tuhan Yesus karena Tuhan Yesus punya banyak spare-parts di gudang. Makanya kamu asuransikan jiwamu." Lha saya malah tanya: "Asuransikan dengan siapa, Pak?". “Dengan Tuhan Yesus malah tidak usah bayar”. Sepulang dari Singapura oleh Ibu Elisabet saya disuruh baptis. Saya pikir, orang saya kenal Tuhan Yesus baru 10-15 hari kok sudah dibaptis.

Lagi pula semua adik-adik belum di dalam Tuhan. Lha nanti kalau saya dibaptis lantas saya diasingkan bagaimana? Tapi Ibu Elisabet bilang : "Jangan takut, Tuhan Yesus itu Bapa yang mengasihi dan kami semua ini saudaramu. Kalau kamu sudah dibaptis berarti kamu sudah dimaterai dengan Tuhan Yesus, Setan tidak berani mengganggu kamu." Lalu saya berpikir dan saya mau. Ketika hendak dibaptis saya cerita kepada adik-adik saya dan mereka bilang : "Sudah Cik, kamu ikut Tuhan Yesus saja dan cepat dibaptis dari pada kamu mati." Rupanya adik-adik saya takut semua kalau saya mati".

Usai dibaptis saya tidak pulang ke rumah tapi saya langsung ikut retret di Tawangmangu ikut KKR bersama Ibu Agnes Maria. Di situ saya benar-benar merasakan urapan Allah bekerja atas diri saya. Saya menangis sampai 3 jam, badan saya menggigil sekali dan saya merasakan kuasa Tuhan mengalir dalam tubuh saya ketika semua hamba Tuhan berdoa buat saya. Sepulang dari KKR, besoknya saya kembali ke Singapura untuk ketiga kalinya, saya membayangkan dan takut disuntik. Begitu mau disuntik saya minta waktu berdoa lebih dulu dan suster-suster juga mau menunggu. Saya berdoa (karena saya sudah diajari berdoa oleh Ibu Elisabet bila mau disuntik): “Tuhan Yesus, bukan obat-obatan yang masuk melainkan bilur-bilurMUlah. Tuhan pakailah dokter-dokter untuk menyembuhkan saya. Kalau Tuhan benar-benar mau menolong, umur saya tinggal setengah tahun biarlah itu saya terima, yang penting saya sudah mengenal Engkau. Dan kalau Engkau memberi umur panjang kepada saya, berilah saya hidup yang penuh sukacita dan saya mau menjadi saksiMu dan melayani Engkau.”

Selesai berdoa saya sungguh merasakan keajaiban Tuhan, begitu disuntik jarum itu dapat masuk padahal biasanya sampai 5-6 kali dan yang aneh lagi biasanya setelah disuntik saya muntah-muntah sampai satu minggu sekarang saya tidak muntah-muntah dan langsung bisa makan, sudah tak perlu disuntik darah putih lagi. Ketika dokter bilang : "Bu, coba sekarang di CT Scan". Setelah discan dokter sampai terkejut karena kanker yang dulu sebesar 10 Cm itu sekarang tinggal separuh. Dan dokternya sampai memberi selamat dan merangkul saya. Mendengar itu saya turun langsung menangis sambil bersujud menyembah Yesus sampai dokter bingung lalu saya cerita kalau saya berterima kasih kepada Tuhan yang sudah menyembuhkan saya dan sekarang saya berusaha untuk setia ke Gereja, di mana pun ada KKR saya ikut. Dan saya sudah memaafkan anak saya meski harusnya dia yang meminta maaf kepada saya tetapi dalam Tuhan tidak harus begitu bahkan saya minta maaf kepada dia, kepada suami pun saya sudah maafkan, kalau dulu saya masih tetap berusaha supaya suami kembali, tetapi sekarang saya hanya berdoa, kalau Tuhan benar-benar sudah sadarkan suami saya, saya pun mau menerima dia kembali tapi kalau belum sadar dan tidak mau hidup dalam Tuhan buat apa? Bisnis dan keuangan saya pun dijamah oleh Tuhan .

Sebelumnya saya diminta balik untuk kontrol ke Singapura namun saya tidak mau malahan saya daftar ikut tur ke Israel. Kata teman saya kalau saya ke Israel saya harus naik ke Gunung Sinai karena di Gunung Sinai ada mujizat. Pernah orang naik dengan bawa infus dan tabung oksigen, baru keluar dari Rumah sakit, turun dari situ tabungnya dibuang dan bisa langsung sembuh. Karena cerita itu saya pun ingin. Tiba di sana pukul 24:00 dan tidak tahunya saya muntah-muntah, saya bingung padahal jam 1:00 akan naik ke Gunung Sinai. Ada orang yang sarankan supaya saya tidak usah naik, Bapak Gembala sendiri juga takut kalau nanti saya mati di perjalanan, bagaimana nanti omongan orang karena saya dulu orang klenteng sekarang kenal Tuhan baru 3 bulan malah mati di jalan. Tapi saya sudah bertekad, apapun yang terjadi saya harus naik ke Gunung Sinai, mati juga biar. Dan sebelum itu saya minum wedang jahe dulu supaya tubuh saya hangat.

Dengan digandeng oleh Ibu Gembala saya naik sambil berdoa dan memuji Tuhan terus. Gunung Sinai tingginya kira-kira 650 trap. Dari kaki gunung naik 300 trap saya naik onta, lalu selebihnya saya jalan sambil merangkak karena jalannya berbatuan. Padahal kalau dilihat pada siang hari pasti ngeri karena ternyata kanan kiri itu jurang. Sampai di atas saya tersungkur dan menangis dengan penuh syukur memuji Tuhan, sampai 5 jam baru turun ke bawah.

Pulang dari Israel saya sudah terlambat 2 bulan untuk kontrol ke Singapura, lalu saya periksa ke sana dan dokter kaget luar biasa karena kanker saya sudah hilang sama sekali. Saya betul-betul merasakan keajaiban Tuhan dan saya bersyukur telah mendapatkan kasih karunia dari Tuhan. Sekarang untuk membalas kasih Tuhan saya melayani pekerjaan Tuhan dan bersaksi bagi Tuhan.