27 Tahun Saya Tidak Tahu Beribadah Kepada Siapa?

Saya percaya kepada Isa Almasih boleh dibilang baru, yaitu pada akhir 1999 yang lalu.



Keputusan itu saya ambil setelah saya bergumul sejak 1997 yang diawali dengan secara tidak sengaja saya mendengar sebuah kesaksian tentang seorang Muslim yang percaya kepada Isa Almasih karena melihat bahwa Isa Almasih sangat berkuasa sejak dulu, sekarang dan sampai selama-lamanya. Kuasa-Nya itu dibuktikan dengan berbagai tindakan seperti penyembuhan dan kuasaNya mengadakan mujizat. Kuasa Isa Almasih itu bahkan berlangsung sampai hari ini. Kesaksian tersebut memang seperti pembuka kepada saya untuk lebih mendalami kebenaran tentang Isa Almasih yang justru saya dapatkan dari Alquran, kitab suci agama saya yang dulu.


Dalam usaha saya untuk mencari kebenaran yang sesungguhnya itu saya memang menemukan dari surat Ali Imran ayat 45, yang menyebutkan bahwa Allah berkata melalui malaikat-Nya, "Hai Maryam, sesungguhnya Allah memberi kabar gembira kepada engkau dengan perkataan (kalimah) dari Allah namanya Isa Almasih putra Maryam yang mulia di dunia dan di akhirat dan seorang dari mereka yang Kuhampiri." Dari ayat tersebut saya benar-benar merenung bahwa Isa Almasih diutus oleh Allah sebagai yang terkemuka yang termulia bukan hanya ketika di dunia saja, tapi juga di akhirat. Suatu kedudukan yang sangat tinggi, sehingga saya menaruh hormat kepadaNya.

Saya begitu yakin dan percaya bahwa Isa Almasih memiliki posisi yang sangat berbeda dengan nabi-nabi lain karena pernyataan tersebut justru datangnya dari Alquran sendiri yang saya yakini sebagai kitab yang diturunkan Allah kepada kaum Muslimin. Dasar kepercayaan itu mendorong saya untuk semakin giat menyelidiki Alquran. Bahkan boleh dibilang, saya begitu rajin membaca Alquran ini setelah saya justru mengerti tentang Isa Almasih yang sebenarnya bukan hanya nabi biasa seperti yang saya dengarkan dan terima selama ini.


Selama ± 27 tahun saya telah berusaha dengan segenap tenaga untuk beribadah kepada Allah, tapi saya tidak tahu secara pasti Allah yang mana. Yang penting saya menyembah Allah yang katanya Mahakuasa, tapi saya sendiri tak tahu seperti apa dan seperti siapa Allah yang saya sembah. Dan melalui kesaksian yang saya dengar dan saya lihat sendiri dari pernyataan Alquran bahwa Isa Almasih adalah Kalimat Allah dan yang Mahamulia baik di dunia maupun di akhirat. Akibatnya saya sekarang tidak meraba-raba lagi kalau berdoa atau beribadah yaitu kepada Allah yang saya kenal di dalam Isa Almasih. Karena itu saya berani mengambil keputusan untuk mengikuti semua pengajaran Isa Almasih yang kini tercatat di dalam Injil.


Namun lazim dialami oleh hampir setiap orang yang mengambil keputusan percaya kepada Isa Almasih mengalami penderitaan, entah penganiayaan, intimidasi, dibenci dan dipinggirkan, demikian juga saya mengalami mungkin hanya sebagian penderitaan tersebut. Peristiwa pertama yang saya alami adalah saya harus dikeluarkan dari perusahaan di mana saya bekerja. Rupanya karena keputusan saya menjadi Nasrani itu membuat salah seorang teman saya tidak senang dan memfitnah saya kepada perusahaan bahwa saya dianggap merugikan perusahaan. Akibatnya saya diberhentikan dari perusahaan. Tapi anehnya bukan hanya saya yang dikeluarkan, tapi teman saya yang memfitnah saya juga dikeluarkan dari perusahaan. Oh ya, perusahaan tempat saya kerja ada di luar Jawa.


Akhirnya saya pulang ke Jawa tepatnya Jawa Timur. Sesampai di rumah, betapa kagetnya saya melihat perubahan yang terjadi dengan semua anggota keluarga saya yang sikapnya begitu berubah, saya berpikir, apakah keluarga saya sudah mengetahui keputusan saya untuk menjadi Nasrani? Tapi menurut saya tidak mungkin. Karena sampai saat ini pengambilan keputusan saya untuk mengikuti ajaran Isa Almasih tidak pernah saya beritahukan kepada orang-orang lain yang saya anggap akan menantang keputusan saya. Jangankan kepada keluarga di Jawa, kepada teman-teman saya pun boleh dihitung dengan jari. Tapi mengapa keluarga saya di rumah dalam menyambut kedatangan saya benar-benar berubah. Mereka sudah mengetahui mengenai keputusan saya tersebut. Tapi, mereka tahu dari mana? Rupanya kemudian saya tahu bahwa teman saya yang telah memfitnah saya di perusahaan tempat saya bekerja dulu, datang ke rumah dan memberitahukan perihal keputusan saya menjadi seorang Nasrani.


Sebenarnya saya bersyukur pula atas tindakan teman saya yang telah memberitahukan tentang keputusan saya untuk mengikuti Isa Almasih itu. Dengan demikian secara psikologis saya tidak lagi harus pusing-pusing menghadapi orang tua untuk menyampaikan sikap saya. Karena bisa jadi kalau saya menyampaikan sendiri mungkin saya penuh dengan ketakutan, karena saya sudah membayangkan orang tua saya akan bertindak secara spontan. Tapi dengan orang tua saya mengetahui dari orang lain, sebelum bertemu saya, setidak-tidaknya mereka masih bisa menahan emosi untuk berbuat hal-hal yang kasar terhadap saya.


Memang bisa diduga bahwa pada akhirnya orang tua serta saudara-saudara saya tidak senang dengan keputusan saya untuk menjadi pengikut Isa Almasih. Maklum, saya adalah orang yang terlahir dari keluarga Muslim Ambon yang taat. Sejak kecil memang saya sudah dididik dalam agama Islam. Tapi sekarang mereka melihat kenyataan yang sangat pahit. Anaknya telah dianggap murtad karena menjadi pengikut Isa Almasih. Mereka sungguh-sungguh tidak menyukai keputusan saya itu. Tapi bagi saya keputusan itu sangat berarti dan justru telah mengubah nasib saya yang semula bakal sengsara di akhirat nanti. Dari yang tidak berpengharapan, kini, dengan keputusan itu, menjadi orang yang berpengharapan, karena kini saya mengenal Allah yang benar, bukan Allah yang saya raba-raba. Saya sudah mengenal Tuhan dan Allah yang benar yaitu di dalam Isa Almasih. Karenanya bagaimana pun saya harus siap dengan konsekuensi yang akan saya terima.


Memang orang tua saya tidak langsung bertanya kepada saya.Tapi mereka melihat terlebih dahulu perubahan yang terjadi dalam kebiasaan saya khususnya perubahan dalam keagamaan saya. Yang diamati pertama kali adalah sholat saya. Terus terang saya kini memang tidak lagi menjalankan ibadah sholat, dan rupanya hal itu mengundang kecurigaan bagi keluarga saya, ketika mereka bertanya mengapa saya tidak sholat, saya menjawab dengan alasan mungkin saya masih terpengaruh lingkungan tempat kerja dulu yang tidak sempat lagi untuk sholat.


Ketidakjujuran saya ini tentunya mendatangkan kecurigaan keluarga. Sementara saya sendiri merasa was-was untuk menyampaikan sikap yang sebenarnya. Akibatnya, hubungan saya dengan keluarga sangat renggang. Tapi kemudian orang tua saya seperti mengeluarkan senjata pemungkasnya dengan referensi dari laporan teman saya. Dan hal itu memang memaksa saya untuk berterus-terang kepada keluarga bahwa sekarang saya memang tidak lagi menjalankan sholat dan aktifitas keagamaan lainnya karena saya sudah mengikuti Isa Almasih.


Betapa kagetnya orang tua saya mendengar pengakuan saya yang jujur seperti itu, tapi menyakitkan bagi mereka. Saya katakan bahwa saya berterima kasih atas semua kebaikan orang tua yang telah memelihara saya sejak kecil. Tapi bagaimana pun sekarang saya harus memilih jalan sendiri khususnya dalam masalah keyakinan saya. Saya sekarang menemukan jalan yaitu Isa Almasih sebagai Juruselamat dan Tuhan saya yang akan mengantar saya kepada pengharapan yang pasti yaitu menuju ke sorga.


Mendengar jawaban saya, orang tua saya yang kelihatannya tidak habis mengerti apa yang dilakukan saya itu dengan tegas membentak saya dan langsung mengusir saya dari rumah. Bagi mereka saya dianggap bukan lagi menjadi bagian dari keluarga. Saya sudah dianggap tidak berguna bagi keluarga karena jalan yang saya tempuh dianggapnya sesat dan menyesatkan. Tapi saya katakan bahwa saya tidak akan melupakan kebaikan kedua orang tua saya selama ini, sehingga saya terus mendoakan orang tua. Dan saya memang punya keyakinan bahwa suatu hari kelak mereka akan mengambil keputusan seperti keputusan saya.


Akhirnya dengan berat hati saya meninggalkan rumah dan keluarga serta kenangan-kenangan manis bersama mereka. Saya memang tidak terlalu khawatir dengan kehidupan saya karena saya yakin Allah tidak akan pernah meninggalkan dan membiarkan saya terlunta-lunta. Dan benar, bahwa saya benar-benar merasakan bagaimana Allah menolong saya dengan pertolongan yang terkadang di luar dugaan saya. Bagi saya, tidak mengapa saya dikucilkan keluarga yang sebenarnya mengasihi saya, tapi karena jalan saya yang dianggap mereka salah kemudian mereka mengubah kasih itu menjadi ketidaksenangan. Tapi yang pasti saya sekarang merasa lega karena saya sekarang benar-benar bertemu dengan Allah yang benar-benar saya sembah yaitu Tuhan di dalam Isa Almasih.