Kesaksian Sri Sultan Pakubuwono XIII

Pertemuan pertama kali dengan Isa Almasih saya alami ketika saya belum dinobatkan menjadi sinuwun, tepatnya sewaktu saya dinas militer di Timor-Timur tahun 1983.

Waktu saya tergabung dalam pasukan TNI yang ditugaskan di Timor-Timur untuk menjaga kedaulatan Negara Republik Indonesia.

Semula di dalam pasukan terdapat 21 orang prajurit termasuk saya, tetapi karena terjadi pertempuran sengit beberapa kali dengan gerakan gerakan orang2 bersenjata sebanyak 19 orang prajurit anak buah saya gugur dalam medan perang.
Waktu itu Edi B.M. menjadi komandan saya, komandan saya bingung dan sedih mengalami kenyataan itu.

Mengetahui hal ini saya menyarankan komandan bahwa yang dipimpin adalah yang hidup dan jangan terus berlarut-larut dalam kesedihan seperti itu, dan tidak ada gunanya memikirkan terus anak buah yang telah mati.

Selanjutnya saya berikan masukan kepada komandan untuk menenangkan bathin dan pikiran serta tidak larut dalam kesedihan lebih baik pergi ke gereja sebab pak Edi B.M. beragama Katholik.

Saran saya diterima, setelah survey pada hari minggu saya mendampingi komandan untuk mengikti pelaksanaan misa terakhir di salah satu gereja yang ada di Dili.

Sewaktu komandan saya jongkok di depan, saya pun ikut jongkok. Setelah itu saya berbicara kepada Tuhan Yesus, saya beritahukan nama saya, saya sebutkan orang tua saya dan saya beritahukan maksud dan tujuan saya dating ke tempat itu.
Saya juga katakana bila sekiranya saya kurang berkenan dating ke gereja, saya memohon ampun kepada Tuhan Yesus. Dihadapan Tuhan Yesus saya minta pengampunan atas perbuatan kesalahan yang saya perbuat.

Kebetulan yang ada di tempat itu hanya saya dan komandan sehingga saya lebih leluasa untuk berdoa. Saya sendiri tidak mengerti justru kenapa saya didatangi Tuhan Yesus dan hanya saya yang dapat melihat sosokNya.
Waktu itu Yesus berdiri dan mengulurkan tangan kearah saya, sepertinya hendak memberikan berkatnya pada saya sedangkan komandan saya tidak melihat apa-apa.

Ketika itu setelah Pakubuwono XII surut, saya dinobatkan sebagai Ratu pada 31 Agustus 2004 dengan gelar Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Pakoe Boewono (SISKS PB) XIII atau disebut pula dengan ‘Sinuhun Tedjo Woelan’ yang disingkat ‘STJW’

Saat itu muncul tingkat kesadaran saya agar dapat menjalankan fungsi tugas sebagai Ratu sebagaimana mestinya. Ratu alam jagat ini mepunyai makna dimana itu ke datu atau kedaton bisa disebut pula sebagai pemimpin.

Sebelum menjadi Ratu harus jadi pandhito (orang yang menjadi panutan dalam sikap dan budi pekerti yang luhur, Red) dahulu, setelah itu bisa nyabdo (berbicara, Red), selain itu harus waskito (awas dan bersikap arif dalam membaca tanda-tanda jaman) dan selanjutnya Wicaksono (bijaksana, Red).

Tetapi ketika saya melakukan spiritual, saya dapati ternyata ‘STJW’ baik untuk Sinuhun Tedjo Woelan maupun Sinuhun Tanah Jawa. Tetapi Sinuhun Tanah Jawa itu mungkin bukan saya dan semula saya tidak ngerti apa maksudnya semua ini.

Saya semakin tertarik untuk meneliti dan mempelajari sumber-sumber itu karena berkaitan dengan Ratu-ratu Tanah Jawa pada masa lalu. Hal ini saya pelajari satu-satu dengan teliti agar saya dapat belajar dari pengalaman Ratu-ratu pada jaman dahulu sekaligus mengambil hikmahnya.
Mulai jaman Airlangga, Ken Arok hingga Ratu-ratu berikutnya semuanya tidak ada yang luput dari perhatian saya.

Dahulu istilah Jawa nya Ratu menggunakan sebutan Prabu tetapi tiba2 berubah sebutan menjadi Sultan.
Mengapa tiba2 menggunakan gelar Sultan? Akhirnya saya tahu, itu karena pengaruh islam pada saat itu.
Tanah Jawa telah beberapa kali didatangi oleh wali songo, tetapi toh tidak semuanya tanah jawa memeluk islam. Padahal para wali itu hebat-hebat, apalagi seperti Sunan Kalijaga.

Menurut pengamatan saya ada tiga kesalahan Kerajaan Demak : kesalahan pertama di Ratu nya, kesalahan kedua di Bapak nya dan kesalahan di negaranya.
Setelah itu muncul Sultan Hadiwijaya yang memerintah selama satu periode.
Selanjutnya diteruskan oleh Sutawijaya yang bergelar Panembahan Senopati. Diteruskan dengan beberapa Amangkurat Jawi sampai dengan Sultan Agung.

Sultan Agung seorang yang hebat karena berusaha mempersatukan antara ulama dengan umaroh (Penguasa di pemerintahan, red). Namun beliau adalah Ratu yang umurnya paling pendek karena melanggar bahwa ulama dan umarah tidak akan bisa dijadikan satu.

Setelah itu muncul nama Pakubuwono, dimulai dari Pakubuwono I, Pakubuwono II yang selanjutnya muncul Sultan Hamengkubuwono, muncul Mangkunegoro terakhir Paku Alam. Setelah Pakubuwono IV, muncul pandita namanya Sulatu Langgrek, setelah itu diteruskan Pakubuwono V hingga Pakubuwono X.
Satu2nya Ratu di Pulau Jawa yang mukti mulyo wibowo waskito hanya Pakubuwono X yang bertahta selama 41 tahun dan disitu putus karena Panembahan Senopati muncul lagi.
Pakubuwono XII adalah Ratu Pulau Jawa yang noto jumeneng paling panjang, kurang lebih 52 tahun. Berkaitan dengan Pakubuwono dua belas, dalam bahasa jawanya adalah ‘ongko rolas’ yang bermakna ‘roh ipun sampun telas’


Perjalanan spiritual saya lakukan bukannya 2, 3 hari, tetapi saya lakukan selama tiga setengah tahun. Memang hal itu sudah menjadi keputusan saya dan tidak ada seorangpun yang dapat mencegah kemauan saya.
Selama itu saya harus meninggalkan istri, keluarga, keratin Solo dan kehidupan duniawi.
Bukannya saya egois dan tidak mau mempedulikan keluarga maupun orang lain, tetapi ada hal yang lebih prinsip dan saya anggap sangat penting dari itu semua sehingga saya melakukan perjalanan spiritual.


Yesus menemui saya untuk kedua kalinya hingga yang keempat kalinya setelah saya dinobatkan sebagai Sinuhun. Tuhan Yesus menemui saya kedua kalinya saat saya berada di tengah laut, dan yang ketiga kalinya menjumpai saya ketika saya berada di dalam pesawat udara. Pada saat itu saya diliputi oleh rasa ketakutan yang saya sendiri tidak tahu mengapa sebabnya. Saat itulah Tuhan Yesus menemui saya.
Tuhan Yesus muncul lagi menemui saya ke empat kalinya pada saat saya bersemedhi.

Sewaktu saya didatangi Yesus tidak terjadi dialog timbal balik, walaupun sebenarnya dalam hati saya ingin bercakap2 panjang lebar dengan Tuhan Yesus waktu itu. Mungkin saya masih kotor atau mungkin karena belum ‘titi wancine’ (belum saatnya, red).

Saya membaca buku-buku tentang sejarah tanah jawa yang didalamnya juga ada yang membahas tentang Ratu Adil yang berkaitan dengan tanah jawa, selain itu saya sering mengadakan sarasehan sehingga dapat mendengarkan masukan. Dari situlah saya mengerti bahwa Indonesia ini punya konsep namanya konsep Sang Ratu Adil.

Jongko (ramalan, red) Joyoboyo konsepnya Ratu Adil, Sabdopalon konsepnya juga Ratu Adil, Ronggo Warsito membahas Ratu Adil, Bung Karno juga menyebut Ratu Adil, Pak Soeharto juga memakai sarana adil, sarana gunung Srandil, tetapi di perjalanan semuanya geger (rebut, red), karena apa? Ratu Adil adalah Ratu yang membuat berdirinya Tanah Jawa, lha ini siapa??
Sabdo Pandhito Ratu Waskito lan wicaksono ini yang namanya Mirah Delima, dimana kalau anda mencari Mirah Delima kemana saja tidak akan ketemu, ini adalah hasil dari perjalanan spiritual saya. Justru di perjalanan spiritual tersebut akhirnya muncul yang namanya Yesus. Saya sendiri semula bertanya yang muncul bukannya Ratu-ratu Tanah Jawa leluhur saya, tetapi Yesus yang mendatangi saya.
Ternyata dari perjalanan spiritual yang saya lakukan, saya mendapatkan bahwa Ratu Adil Sinuhun Tanah Jawa adalah Yesus.

Mau anda gelar, mau anda muat di Koran ataupun di media massa silahkan, begitu anda muat pasti dunia ini akan geger (rebut, red), pasti Paus di Vatikan akan mengundang dan mengklarifikasi saya.

Gloria (tabloid) :
Kalau dirunut dari sumber-sumber sejarah Tanah Jawa ada data yang berkaitan dan berbicara tentang Yesus?

STJW :
Ada! Anda lebih baik ke Radio Pustaka kepustakaan Jawa di Yogjakarta disana ada banyak buku tulisan Tokoh dan Pujangga Jawa yang berkaitan dengan hal itu, tanyalah pada ahlinya jangan tanya saya sebab saya bukan ahli sejarah.
Dari buku-buku yang pernah say abaca itu ada yang tersirat ada pula yang tersurat tentang Yesus atau juga yang disebut Isa Almasih.

Kalau anda ingin mewawancarai saya yang berkaitan dengan spiritual, anda juga harus berspiritual juga, kalau tidak, hal itu tidak akan pernah anda capai.
Makanya saya sering mengajak ayo kita laku (mengalami sendiri perjalanan spiritual, red) bersama-sama supaya tahu.
Saya sudah tidak bisa sabar. Dan saya harus mengajak dengan tegas dalam hal ini, sehingga bukan hanya saya saja yang dapat kebenaran dan pencerahan.

Gloria (tabloid) : (Penting nih)
Apakah kaitan Yesus sebagai Ratu Adil dapat diartikan juga Yesus sebagai Tuhan?

STJW :
Kalau berbicara tentang Tuhan itu siapa, Tuhan berada pada diri sendiri, tidak jauh dari urat nadi kita. Kalau di Ajaran Jawa dikenal dengan istilah Ingsun Sejati.
Dalam filosofi Jawa dikenal terdapat istilah Argo Dumilah, Argo itu dirimu sendiri, seperti sebuah gunung dumadine saka (terciptanya dari, red) Allah.
Ketika kita memahami dan menyadari bahwa kita ini berasal dari Allah, maka seseorang telah berada pada titik balik sehingga pada akhirnya akan mewujudkan Kasampurnaan Sejati (Kesempurnaan yang sesungguhnya, red) Atau yang disebut juga Kesejatian Diri.
Sebelum mencapai Kesejatian Diri, pasti orang-orang yang punya tekad sungguh-sungguh mencapai Kesejatian Diri pasti akan ditemui Yesus, karena itu sudah saya alami sendiri dan sudah dialami pula oleh orang lain selain saya.
Yesus akan memberikan jawaban pada mereka yang ingin mencapai Kasampurnaan Hidup. Istilah Kasampurnaan Urip disebut ‘Sirotol mustaqim’.

Setelah saya memohon petunjuk kepada Sang Pencipta jagad, pemikiran saya dibukakan oleh Tuhan lewat proses perenungan spiritual yang dalam dan memakan waktu yang cukup lama. Hasil perenungan saya semakin lengkap masukkan dari beberapa sahabat baik yang memberikan masukkan, saya tahu bahwa Isa Almasih menemui.

Saya kembali ditemui oleh sosok itu beberapa kali di tempat dan dalam waktu yang berbeda-beda. Dalam semedi pun saya pernah didatangi Isa Almasih.
Dan sejak saat itu saya mulai merenungkan siapakah sebenarnya Isa Almasih itu.

Dari pengalaman bathin yang saya alami, membaca buku-buku dan diskusi dengan tokoh-tokoh yang paham dan mengerti betul masalah spiritual secara benar, akhirnya saya dapat mengetahui dan memahami bahwa Isa Almasih adalah Tuhan Sang Pencipta Alam Semesta, dimana hal ini sesuai dengan iman dan kepercayaan umat Kristen.

Gloria (tabloid) :
Apakah ada makna politis Ratu Adil untuk bangsa ini?

STJW :
Dalam setiap jaman Ratu Adil dalam arti politis selalu muncul, jumlahnya amat sangat sedikit, Ratu Adil Sejati.
Pada kenyataannya tidak ada satupun manusia yang benar-benar bisa berlaku adil di dunia. Dan hanya Tuhan Penguasa Semesta saja yang dapat benar-benar berbuat adil.
Jadi Tuhan adalah gambaran Ratu Adil yang Sejati.

Jika dikaitkan dalam Pembukaan UUD 1945 : ‘Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorong oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya’, bukan saja menegaskan lagi apa yang menjadi motivasi riil dan materiil bangsa Indonesia untuk menyatakan kemerdekaannya tetapi juga menjadi keyakinannya, menjadi motivasi spiritualnya, bahwa maksud dan tindakannya menyatakan kemerdekaan itu diberkati oleh Allah Yang Maha Kuasa.
Dengan ini digambarkan bahwa bangsa Indonesia mendambakan kehidupan yang berkeseimbangan antara Jasmani dan Rohani. Sekaligus menunjukkan ketaqwaan bangsa Indonesia terhadap Tuhan yang Maha Esa yang memberikan rahmat bagi bangsa Indonesia sehingga mencapai kemerdekaan.
Selanjutnya jika kita lihat alinea ke-empat UUD 1945 :’Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia…..’

Indonesia mempunyai usaha untuk menertibkan dunia. Apakah benar alam semesta yang diciptakan tidak tertib sehingga bangsa Indonesia ingin menertibkannya?
Indonesia sekarang ini malah sering dilanda bencana, dari mulai tsunami, gempa bumi, tanah longsor, banjir banding, luapan lumpur lapindo dan bencana yang mungkin akan terjadi di masa mendatang mengisyaratkan bahwa bangsa Indonesia, khususnya pemerintahan belum berhasil dalam mewujudkan cita-cita luhur untuk menertibkan dunia.

Gloria (tabloid) :
Bisa dijelaskan hakekat Ratu Adil pandangan Jawa?

STJW :
Rupanya alam yang dieksploitasi besar-besaran dan seenak sendiri untuk memperkaya diri sendiri dan kelompok atau golongan tertentu tanpa memperhatikan kesejahteraan seluruh rakyat mulai berteriak menuntut keadilan, misalnya saja hutan, dimana banyak hutan ditebang secara liar sehingga mendatangkan musibah banjir maupun tanah longsor, sementara kayunya dijual secara illegal ke luar negeri.

Seiring dengan banyaknya hutan yang ditebang secara liar, lama kelamaan Negara kita akan menjadi panas, sementara kalau kita melihat Negara lain yang punya kesadaran tinggi dalam menjaga kelestarian alam kita akan measakan kesejukan dan merasa lebih senang tinggal di luar negeri. Padahal di Indonesia sebenarnya kaya dengan hutan tetapi kok malah dirusak sendiri.

Jika fenomena dan bencana alam terjadi tidak ada satupun yang dapat menghentikannya ataupun mencegahnya sekalipun menggunakan tehnologi modern.

Dalam filosofi Jawa tersirat Ratu Adil mempunyai kuasa atas alam semesta sehingga dapat menghentikan ataupun menggerakkan semua fenomena alam. Hanya Tuhan saja yang dapat melakukan hal itu.

Dalam kepercayaan Jawa kita dapat menemukan Hakekat Ratu Adil bila kita mengetahui dan paham betul identitas dan jatidiri kita secara benar. Diri kita dapat menuntun dengan benar agar kita menemukan Ratu Adil yang sejati.

Tapi sekarang ini malah ada pepatah “Wong Jawa ilang Jawane” sehingga sampai kapanpun kita juga tidak akan pernah memahami hakekat Ratu Adil yang sebenarnya.

Dalam pemerintahan saja, sekarang ini hukum dan keadilan belum sepenuhnya dijalankan secara adil, itu menandakan bahwa Hakekat Ratu Adil belum terwujud sekarang ini.

Dari fakta harus kita akui bahwa tidak ada satupun manusia yang dapat berbuat adil, yang dapat berbuat adil hanya Tuhan sebagai hakim dunia yang dapat berbuat adil.
Menurut kepercayaan saya, Isa Almasih adalah Imam Mahdi dan Hakim Adil akhir Jaman. Sehingga konsep itu sesuai dengan pengalaman spiritual secara pribadi dengan Isa Almasih, dimana saya tidak pernah habis fikir